Diary~

this is only my fanfiction~

staring:
- Lee Donghae
- Choi Jae Rim
- Choi Siwon
- Eun Hyuk
- Ryeowook

~DEAR DIARY~

“Ini tentang diriku. Namaku Donghae. Sekarang ini aku sedang tertarik dengan seseorang, kau tahu siapa? Hahaha.. tentu itu rahasia. Tapi aku ingin bercerita sedikit padamu, wahai diary…” celoteh Donghae pada buku diarynya.
Malam yang cukup dingin membuat Dinghae betah di dalam kamar untuk menulis diarynya. Cukup konyol memang, seorang laki-laki yang sudah beranjak remaja SMA masih menulis curahan hatinya pada buku diary kecilnya.
“hahahaha… tau nggak sih? Tadi aku ketemu sama cewe, dia berambut pendek! Terus roknya nggak sengaja nyangkut di tempat duduk! Nggak kebayang malunya!! Hahaha…” Donghae berbicara sendiri sembari lanjut menulis diary.

******
Pagi yang cukup cerah membuat Donghae sedikit bersemangat. Ia diam-diam memasukan buku diary kecilnya ke dalam tas selempangnya.
Sampai di sekolah, ia langsung menjadi perhatian semua anak perempuan. Seakan-akan ia adalah seorang pangeran. Maklaum saja, Donghae memang dikenal begitu. Namun, apa jadinya jika para fans tahu kelakuan aneh Donghae yang hobi menulis keseharianya di buku diary?? Tak bisa dibayangkan namun pasti akan terungkap.
“Kyaaaa!! Donghae oppa!!!!” teriak para siswi.
Donghae melambaikan tangan layaknya seorang pangeran.
“Donghaaaaaeeeee, Donghae oppaaaaa!!! Kyaaaaaaaa!!” teriak para siswi kembali.
“Kau memang selalu terkenal ya Donghae..” ujar wookie yang tiba-tiba hadir di samping Donghae.
Donghae terkejut, “Hah! Bisakah kau tidak selalu mengagetkanku?? Biasa aja dong!!” protes dirinya.
“Ini sudah yang paling kecil kemungkinan aku tidak mengejutkan kamu, Lee Donghae!” Wookie mulai memandang Donghae dengan tatapan genit.
“Huaaaa!! Semakin lama kau semakin aneh!!” Donghae pun berlari. Ia berlari terlalu kencang hingga kakinya mengantarnya pada atap sekolah.
Donghae membuka retsleting tasnya dan perlahan-lahan mengeluarkan buku diarynya. Dengan tatapan bahagia, ia mulai menulis keseharinnya. Padahal hari itu masih pagi.
“Yoboseyo~ buku diary! Hahahaha…” Donghae tertawa girang menulis kalimat awal untuk buku diarynya.
Ketika ia sedang asyik menulis, tiba-tiba seseorang datang dan memergoki Donghae.
“Waw~” kejut orang itu pada Donghae. Ia adalah seorang gadis.
Donghae menutup buku diarynya, “Hiaaaaaa!! Siapa kau??” tanya Donghae dengan panic.
“Hah? Kamu…hahahahahaha…” tawa puas gadis itu.
“Heh! Aku tanya siapa kamu? Jangan macam-macam kamu!” ancam Donghae sembari mendekati gadis itu.
Tunggu! Dia gadis yang tersingkap rok-nya waktu di bis! Wah.. hahahaha.. tertawa puas Donghae dalam hati. Ia begitu senang bisa bertemu lagi dengan gadis itu.
Gadis itu menertawakan Donghae. “Hahahah..ternyata seorang pangeran itu, seperti ini ya kerjaannya!? Hahaha” ia tertawa cukup puas.
Tawa gadis itu membangunkan Donghae, “Kau lihat semuanya??” tanya Donghae dengan menyipitkan matanya yang sudah sipit.
“Lihat apa? Diary? Hahaa… tentu saja!” jawab perempuan itu dengan polos.
Buk! Donghae menutup mulut perempuan itu dengan tangannya. “Jangan macam-macam yah…” ancam Donghae.
Perempuan itu morenta dan menginjak kaki Donghae. Sontak Donghae melepaskan bekapannya.
“Kau tidak tahu siapa aku? Hahaha… nggak penting juga sih kamu tahu siapa aku? Dadah!!” gadis itu berlari turun ke bawah meninggalkan Donghae.
“Hei!! Tunggu!! Awas kau…” Donghae bergegas berlari mengejar gadis itu.
Donghae terus berlari namun tak dapat mengejar langkah gadis itu. “sial..”

Bell istirahat pun sudah kembali berbunyi. Donghae membuka lokernya dan tak sengaja melihat gadis yang tadi pagi sudah memergokinya. Gadis itu tak sadar sedang diperhatikan seseorang.
“hm.. jadi lokernya di sini juga..” gumam Donghae.
“Widiiih! Lagi liatin siapa kamu, Hae??” tanya Heechul mengagetkan Donghae.
“Wuah! Sejak kapan kamu di sini??” Donghae loncat karena terkejut.
“Hahaha… Princess gitu lho!! Ada apa dengan cewek itu??” Heechul menunjuk ke arah gadis itu dengan mata sipitnya.
“Siapa sih dia??” tanya Donghae.
“Hah? Kamu nggak tahu siapa dia?? Oh my god! Dia adiknya Choi Si Won, Choi Jae Rim!! Kamu mau dihajar sama Siwon?? Ckckc..” heboh Heechul.
“Jae Rim?? Yang mana itu??” Donghae masih bengong.
Heechul mulai greget dengan tingkah Donghae, “Buset daaah!! Itu lho, yang kamu tanyain tadii bodoh!!!”
“Ooooh!! Hah? Masa adiknya Siwon?? Nggak mungkin! Adiknya nggak mungkin cantik kaya dia..pasti bukan adiknya!!” heboh Donghae sembari membereskan lokernya.
“Siapa yang kamu bilang dia bukan adik saya??” tanya Siwon diam-diam dari belakang Donghae.
“Itu lho! Yang lagi…” Donghae menghadap belakang dan. Jreng jreng, Siwon tepat di belakangnya. Siwon sudah bersiap dan mengepalkan tangannya.
“Kamu nggak percaya saya punya adik perempuan??” tanya Siwon dengan senyum manis penuh dendam.
“i..i.itu.. haduh, sudahlah, jangan pikirkan itu! Mari kita minum teh..” Donghae merangkul Siwon. Saat itu juga Siwon melempar Donghae dengan jurus karatenya.
BUK!! Donghae terjatuh. “tidaaaakk!!!” teriak Donghae dengan segala rintihannya. Setelah puas, Siwon pun pergi.
“Macem-macem aja sih kamu Hae, ketua karete club dilawan!!” gumam Heechul.
Kejadian itu membuat perhatian banyak orang, termasuk Jae Rim, gadis yang memergoki Donghae membawa diary tadi pagi.
“Ada apa ini??” tanya Jae Rim sembari melihat situasi.
“Hahahaa..biasa, laki-laki!” jawab Heechul.
“Pasti gara-gara kakak!! Kak Siwooon!!!” geram Jae Rim sembari pergi mencari sosok yang bernama Choi Siwon.
“Waw, kakak adik sama aja yah? Hahaha.. heh Donghae! Ayo banguun!!” Heechul membantu Donghae berdiri.
Donghae bergegas bangun. “Gila! Haduh~” keluh Donghae.
“hei hei hei, ada apa ini?? Hahaha..kamu kena tampar Siwon lagi?? Hahahaha…” sambung Teukie yang tiba-tiba muncul dan tertawa.
“Siapa yang ditampar? Di lempar!!” jawab Donghae pasrah.
“hahahaha… sukurin! Eh iya, jangan lupa pulang sekolah kumpul OSIS yah!? Telat, aku bacok kalian! Hehehe..” Teukie pun pergi begitu saja seperti hantu.
“Ketua OSIS macam apa dia? Hahaha..yuk ah!” ajak Heechul.

Jae Rim meremas tangannya sembari tengok kanan-kiri mencari Siwon. Ia terus jalan-jalan di koridor sekolah. Hingga akhirnya berpapasan dengan Teukie.
“Choi Jae Rim!!” panggil Teeukie mengagetkan Jae Rim.
Jae Rim berhenti melangkah dan menengok ke arah kiri. Lalu ia temukan sang ketua OSIS, Teukie.
“Ada apa ka? Manggil saya??” tanya Jae Rim.
“Iyah, kamu! Siapa lagi!”
“Ada apa ka??”
“Pulang sekolah jangan lupa kumpul OSIS yah! Nggak datang aku cekik kamu! Hahaha..” pergi sembari senyum setan.
“Ya ampuuun!! Ketua OSIS yah dia? Ckckck..” Jae Rim kembali melangkah melanjutkan pencarian kakaknya, Siwon.
Lama ia berjalan mengitari sekolah, tapi tak ketemu juga lelaki yang bernama Siwon. Akhirnya Jae Rim pun pergi ke kelas.
Sesampainya di kelas, Jae Rim bertemu dengan lelaki yang bernama Donghae, lelaki yang baru saja kena lempar kakaknya.
Jae Rim menutupi mukanya dengan tangan dan berjalan lurus tanpa tengok sana sini. Donghae yang merasa sudah menemukan sesuatu bergegas menghampiri Jae Rim.
“Hoy! Adiknya Siwon! Tunggu!!” Donghae berteeriak sekeras mungkin agar gadis itu mendengarnya. Sekali lagi Donghae berteriak, “Hoy! Adiknya Siwon!!”
Jae Rim berhenti melangkah, ia memalikkan wajahnya. “Apa? Ada apa panggil-panggil?” ketus Jae Rim.
“Ini punya kamu!” Donghae menyodorkan sapu tangan berwarna biru muda.
Jae Rim menyipitkan matanya, merasa heran mengapa sapu tangan miliknya ada pada Donghae.
“Tadi jatuh waktu kamu ke atap, dan kamu lari gitu aja.”
Jae Rim mengambil sapu tangannya dan bergegas pergi. Ia tidak mau lagi berhubungan dengan orang yang namanya Lee Donghae.
“Hoy! Tungguuu!! Hoy!” teriak Donghae.
“Santai saja, Hae. Kau pasti dapatkan dia. Tenang saja.” Sahut Heechul yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. “Santai… jangan terburu-buru. Hahaha…” Heechul pun meninggalkan Donghae yang mulai bengong dengan kata-kata darinya.
Kau pikir aku menyukai gadis keras kepala itu? Kau salah besar! Tepis Donghae dalam hatinya.

****

Donghae masih menatapi buku-bukunya yang bertebaran di mejanya. Dengan tatapan kosong, Donghae terus melamunkan sesuatu. Hingga teriakan Wookie mambangunkannya dari lamunan.
“Donghaaaaaaaaaee!!!!!!” Wookie menghampiri Donghae dengan membentangkan kedua tangannya berharap bisa memeluk Donghae.
Dengan cepat Donghae mendorong kursinya menjauhi meja dan Wookie pun menabrak meja.
“Gerakan yang cepat!” Gumam Wookie dengan memamerkan gigi putihnya karena tertawa lebar.
“Ha! Dia lagi!!” teriak Heenim sembari menghampiri Donghae.
“Haaaa!! Orang itu lagi!” Giliran Wookie yang tidak terima dengan perkataan Heenim.
Sambil memeluk Donghae yang masih duduk di kursinya, Heenim berkata, “Untuk apa kau ke sini lgi, hah??”
“Hih! Lepas!!” Geram Donghae sembari beranjak dari kursinya.
“Sepertinya Donghae sedang jatuh cinta.” Ujar Heechul menebak-nebak.
“Grr… tidak ada yang boleh menyukai Donghae selain aku!” protes Wookie dengan memeluk tangan Donghae dan mengendus-endusnya seperti anjing.
“Hih!!” Donghae melempar Wookie. “Siapa yang jatuh cinta? Muka mu jatuh cinta!” sambungnya.
“Jangan bilang gitu, nanti beneran lho! Wahahahaha…” Heechul tertawa puas lalu pergi entah kemana dengan kipas bulunya.
“Haaah???!” teriak Donghae dalam hati. “Mampus aja ntar kalau aku bisa suka sama gadis itu! Bisa remuk ini badan dihajar Siwon~” sambung Donghae dalam hati, berharap perkataan Heenim hanyalah candaan belaka.
“Hyung, kalau kamu beneran suka sama Jaerim aku rela kok dimadu..” tiba-tiba Wookie menyatakan pendapatnya yang sangat kritis.
“Gila! Madu apaan?? Emang siapa yang suka sama kamu, Kie? Ngaco!” Donghae pergi meninggalkan Wookie yang mulai menunjukkan tampang melas penuh kesedihan yang mendalam.
“Jangan tinggalkan aku, Hyuuuuung!!” Teriak Wookie, namun tak tersampaikan. Sungguh kasihan, cinta bertepuk sebelah tangan.
****

Jae Rim berlari menuju kelasnya, saat itu pula ia bertemu dengan Siwon. “Hah? Kakak?” bisik Jae Rim.
Siwon mendekati Jae Rim dengan gaya jagoannya. “Habis darimana kamu?” tanya Siwon ketus.
“Habis nyari kakak! Kenapa? Tadi kenapa main lempar-lempar orang? Sok jagoan.” Jae Rim memalingkan muka.
“Siapa yang ngelempar? Cuma ngebanting. Beda!”
“Sama aja! Intinya kakak main lempar orang kan? Sudah tahu dia nggak bisa ngelawan, malah nantangin! Payah…” Jae Rim berkacak pinggang dan menatap Siwon.
“Terus?” Siwon membalas tatapan Jae Rim dengan tatapan yang lebih tajam dan melipat kedua tangannya di dada.
“Jae Rim mau ke kelas, minggir…” Jae Rim mrlangkah satu langkah, namun Siwon bergegas menarik tangan Jae Rim dan membawanya ke ruang karate.
Tidaaaaaaaaaaaaakk!!! teriak Jae Rim dalam hati. Berharap dia tidak dihabisi oleh Siwon. Tamatlah riwayatku.
Ruang karate berasa amat sempit dan sesak, panas seakan tak ada jendela dan pendingin ruangan saat itu. Jae Rim hanya diam dan duduk dengan manis beralaskan karpet yang biasa dipakai untuk berklatih karate.
“Sudah berapa kali kakak bilang, jangan sembarangan berteman dengan laki-laki…” Siwon mulai mengoceh, menceramahi panjang dan lebar kepada adiknya, Jae Rim, yang sedari tadi menunduk dan diam.
Siwon masih mengoceh. Sudah 15 menit berlalu Jae Rim diceramahi oleh Siwon. Karena tak tahan, Jae Rim pun angkat kepala dan berdiri sejajar dengan Siwon.
“Ka.. aku sudah lelah.. aku sangat lelah..” Jae Rim mengangkat wajahnya dan menggoyang-goyangkan tubuh Siwon. “Aku capek, ka… ini semua karena kakak…”
“Apa? Kamu bilang ini semua karena kakak??!” Siwon menatap adiknya.
“Kakak tidak malu apa setiap hari memakai baju karate kemana-mana?! Padahal sudah ada baju seragam, tapi kakak selalu memakai baju karate padahal tidak ada latihan! Kakak juga selalu memaksaku untuk memakai baju itu setiap waktu!” Jae Rim diam sejenak. “Asal kakak tahu saja, aku malu! Aku pernah memakai baju itu seharian, orang-orang jadi menertawakanku. Apalagi ketika naik bis, gadis sekolah mana yang ke sekolah dengan memakai baju karate? Semua orang menertawakanku. Ketika sedang rapat OSIS, ka Teukie menertawakanku. Ketika di kantin, semua murid memandangku aneh. Aku kesal, ka!” Jae Rim mulai kesal.
Siwon menatap dingin adinya, “Lalu? Ini namanya hobi! Jangan sangkut pautkan dengan sekolah. Lagipula sekarang kau memakai seragam, bukan baju karate. Iya kan?”
“Ka, karena kakak aku di sini nggak punya teman! Karena kakak, aku di sini tak ada yang berani mendekatiku! Karena kakak, orang-orang enggan berbicara denganku! Semua takut padaku, kak!” Jae Rim meneteskan air matanya. “Jangankan berteman, mendekati saja tak mau! Jangankan memiliki teman laki-laki, perempuan saja tak ada yang mau mendekatiku!” Jae Rim mulai histeris dan bergerak mundur menjauhi Siwon. Ruang karate tampak kosong dan dingin.
“Jae Rim, kamu…” Siwon mencoba mendekati Jae Rim. Namun Jae Rim semakin menjauh.
“Aku lelah terus menerus diikuti kakak! Aku lelah, ka…” Jae Rim menangis. Air matanya tak tertahan lagi. Ia menangis dihadapan kakaknya.
“Hanya segitu saja kau sudah menangis? Hanya itu? Dengar, kakak berbuat begini itu demi kau! Agar kau tak diremehkan oleh laki-laki, agar kau tak dipermainkan oleh laki-laki, agar kau tak dianggap pecundang oleh perempuan, agar kau kuat dan tidak cengeng!! Kau tahu itu? Ayah selalu benci kepada orang yang selalu menangis! Kau tahu? Kakak berbuat ini karena kakak tak mau kau dibenci Ayah karena kau cengeng!” Siwon mendekati Jae Rim.
“Aku tidak cengeng! Ini hanya menangis! Bukan cengeng!” Jae Rim mengusap air matanya. “Kakak, kau tega..”
“Kenapa? Apa lagi? Kakak tak mau kau menganggap kakak sebagai orang yang kejam yang tak tahu budi. Kenapa lagi?”
“Ka, kakak tega membiarkan aku menangis disaat orang-orang sedang berkumpul di luar karena suara kakak yang keras itu!! Aku dipermalukaaaan!!” Jae Rim semakin menangis kencang.
“Hah? Apa?” Siwon menengok ke arah sisi jendela, dan ia pun mendapati beberapa pasang mata tengah menyaksikan kejadian Jae Rim vs Siwon. Sontak saat itu juga semua pasang mata yang menyaksikan itu langsung pergi entah kemana karena takut akan tatapan mata Siwon.
“Awas kalian semua..” gertak Siwon perlahan agar tidak terdengar Jae Rim.
“Kakak tegaaaaa!!” Jae Rim menangis kembali.
“Sudahlah, kakak tidak akan mengatur kau berteman dengan siapapun. Asal saja kau bisa menjaga dirimu. Kakak percaya padamu. Usap air mata itu, kakak tak suka melihat kau menangis, cengeng!” Siwon pergi begitu saja setelah memberikan sapu tangan milik Jae Rim yang terjatuh ketika sedanga menangis.
Jae Rim menjatuhkan tubuhnya ke lantai, “Kakak, jahat…” dan menangis kembali.
Saat Jae Rim sedang menangis, tiba-tiba seseorang keluar dari lemari kosong yang berada di sudut ruang karate.
Donghae!? Nama itu terbesit dalam benak Jae Rim ketika melihat laki-laki itu keluar dari lemari dengan napas terengah-engah.
“Hey, Choi Jae Rim! Ehehehe…” Donghae mulai basa-basi, berharap tidak dihajar.
“Sedang apa kau di sini? Kapan kau masuk?” Jae Rim bertanya dengan rasa was-was, ia khawatir semua yang ia katakana pada Siwon terdengar jelas oleh Donghae.
“Kau menangis? Hahahaha…” Donghae tertawa lebar sembari memegangi perutnya karean sakit.
“Hey bocah pembawa diary. Kau mau adukan cerita ini pada siapa? Kau mau bergossip? Silahkan. Yang jelas beritamu pasti akan sangat heboh jika orang-orang mengetahui sifat aslimu. Hahahaha..” Jae Rim mengancam Donghae dengan tatapan jailnya.
Donghae tampak bengong, ia bingung kenapa ia masih berada di ruang karate bersama si gadis karate. Apa yang aku lakukan? Bodoh..
“Kenapa? Kau takut?” suara Jae Rim mengejutkan Donghae dari kebingungannya.
“Kok, aku ada di sini? Kenapa kamu tidak pulang?” Donghae berbicara seperti orang bodoh. Badannya merinding ketika ditatap Jae Rim, sekujur tubuhnya kaku ketika melihat Jae Rim mendekatinya.
“Bodoh! Cepat pergi! Ini wilayahku! Jika tidak, aku akan berteriak dan Siwon akan datang kemari…” Jae Rim terus berbicara. Donghae diam karena gemetar. Detak jantungnya berdetak semakin cepat tak seperti biasanya.
Donghae mendekati Jae Rim, “Sudahlah, jangan menangis. Aku pergi…” Donghae mengelus kepala Jae Rim dan pergi. Jae Rim tercengang dengan sikap Donghae. Ia berdiri terpaku membelakangi Donghae yang sudah pergi.
****
Waktu terus berjalan, kejadian kemarin tidak akan terlupakan oleh Jae Rim. Baru kali itu ia merasakan belaian tangan laki-laki selain Siwon yang menyentuh rambut dan kepalanya.
Hampir setiap hari Jae Rim bertemu dengan Donghae, baik di koridor kelas ketika Jae Rim sedang berdiri sendiri lalu tak sengaja ia tersenggol Donghae yang selalu berari di koridor. Lalu di kantin ketika Jae Rim sedang makan sendiri, tiba-tiba Donghae datang dan duduk berhadapan dengannya karena entah kenapa saat itu kantin ramai dan penuh dengan siswa. Kemudian saat Jae Rim hendak pulang, ia terpaksa bertemu dengan Donghae karena arah rumah mereka yang sama.
Di bis, Jae Rim selalu menggerutu dalam hati, semoga hatiku tabah menjalani hidup ini!
Hari ini, lagi Jae Rim secara kebetulan satu bis dengan Donghae. Hari ini juga, Donghae berjanji dalam hati untuk menyapa Jae Rim.
“Hai, gadis karate..” sapa Donghae datar. Ia tahu posisinya saat ini sedang di dalam bis, ia tak mau mencari ribut dan diamuk masa karena teriakan Jae Rim.
Jae Rim yang duduk tenang sembari mendengarkan suara music yang keluar dari mp3player-nya tersentak. Ia melihat ke sebelah bangku lalu mendapati Donghae tengah menatapnya. “Huah! Siapa lagi ini? Kenapa ada bocah ikan di sini? Haduh..” keluh Jae Rim sendiri.
Donghae menghampiri Jae Rim, “Hai, lama nggak jumpa. Bukan, lama kita nggak ngobrol..” Donghae duduk di sebelah Jae Rim yang kebetulan kosong. Jae Rim mempersilahkannya dan menjaga jarak.
“Yah…” Jae Rim tertunduk, ia terlihat memalingkan muka seperti tak mau melihat muka lawan bicaranya, Donghae.
“Kau nggak pergi bareng Siwon?” tanya Donghae sembari melirik ke arah sekitarnya.
Jae Rim mengangkat wajahnya dan ikut melirik kea rah sekitarnya, “Kau lihat saja, ada tidak seorang siswa SMA bertubuh tegap dan tinggi, berambut klimis dan memakai baju karate di bis ini? Tidak kan? Berarti dia tidak pergi bersamaku. Hahaha…” Jae Rim tertawa kecil.
“Iya yah, hahahah…”
“Hahaha.. Ngaco sekali!” Jae Rim kembali melanjutkan tawanya.
Tiba-tiba suasana hening, “Kau kenapa? Kenapa selalu lari ketika kita bertemu?” Donghae bertanya dengan menatap Jae Rim, berharap mendapatkan jawaban yang jujur darinya.
“Entahlah. Sebaiknya, kita tidak saling berbicara di sekolah..” jawab Jae Rim datar dengan senyum payahnya.
“Kenapa? Aneh sekali!” Donghae terkejut mendengar jawaban itu, bukan itu yang ingin ia dengar dari Jae Rim. “Kenapa? Kau tak suka aku berbicara?”
“Kau tak takut padaku?” tanya Jae Rim sembari menatap Donghae sesekali. Sorot mata yang membingungkan.
“Apa? Takut? Konyol sekali! Kalau aku takut, tak mungkin aku mendekatimu sekarang. Tak mungkin juga aku setiap hari menyapamu di sekolah jika aku takut padamu! Kau konyol sekali.”
“Yah, memang begitu ya.. Tapi, lebih baik kita jangan bicara di sekolah, apalagi jika ketahuan Siwon, kau pasti dilempar lagi! Hahaha…”
Donghae menatap Jae Rim, “Kau kenapa?”
“Tidak. Mungkin kita akan menjadi kuat jika lawan yang kita hadapi kuat. Tapi, mungkin juga kita akan kalah dan menangis. Jadi, kita lebih baik jangan bicara.” Jae Rim menatap kosong pandangannya ke depan.
“Kau ini aneh sekali daritadi! Bicaramu semakin ngaco dan…” omongan Donghae terpotong ketika bis yang mereka tumpangi telah sampai di sekolah.
Jae Rim bangkit dari bangkunya, “Lebih baik begitu. Jika tidak, aku yang akan dilawan atau kau yang akan dilawan. Ini pilahan sulit, tapi ini yang terjadi. Sampai jumpa.” Jae Rim bergegas keluar dari bis. Sedangkan Donghae masih bingung dengan kata-kata Jae Rim.
***
Dongae berdiri di depan lokernya ketika bel istirahat berbunyi, ia yakin kali ini ia akan bertemu Jae Rim di sini.
Bukan Jae Rim yang datang, melainkan sesosok laki-laki berwajah tirus dengan tingkah yang kekanak-kanakan yang datang menghampri Donghae. Siapa lagi kalau bukan Wookie.
Wookie berlari menuju arah Donghae berdiri semabari membentangkan kedua tangannya berharap dapat memluk Donghae dengan tepat, “Donghae hyuuuuung!!”
Donghae menghindar dengan mudah. Tiba-tiba orang yang dipeluk Wookie berbicara, “Sayang sekali ya, Donghae milikku!” Eunhyuk berusaha melindungi Donghae.
“Hiiiih!! Lagi-lagi kamu! Donghae itu milikku!” kesal Wookie.
“Donghae is mine!!” seru Eunhyuk seperti menyatakan tanda perang.
Donghae hanya berpasrah ria melihat tingkah kedua orang yang tiba-tiba muncul dihadapannya dan yang tidak diharapkan pula kehadirannya. “Haaah.. Berisik!”
“Heh! Kau kan sudah ada Yesung, masa kau rebut Donghae-ku juga! Nggak!” Eunhyuk masih tidak terima dengan pernyataan Wookie.
“Yesung lagi di Arab! Donghae kan hanya suka padaku!” Wookie tak mau kalah dengan Eunhyuk.
Tiba-tiba seseorang hadir diantara preseteruan Eunhyuk dan Donghae. “Hei kalian! Segitunya kah kalian suka pada Donghae? Kalian tampak seperti homo deh! Hahaha..” seseorang itu adalah Heechul dengan tongkat boneka yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi. “Lebih baik kalian menyukaiku saja!”
“Hiiih! Menyukaimu nanti dibilang homo! Tidak!” protes Wookie dengan tatapan sinisnya.
“Iya! Menyukaimu sama saja dengan menyukai pria! Berhentilah kau bersikap seperti seorang princess!” Eunhyuk tak mau kalah.
“Lalu apa bedanya dengan kalian memperebutkan Donghae!? Bukannya itu akan tampak seperti homo! Payah!” Heechul naik darah. Lalu ia mengulurkan tangannya menunjuk kea rah jejeran para gadis yang semenjak tadi mengikutinya. “Lihatlah mereka, para fans-ku! Mereka menyukaiku! Kalian juga harus!”
“Gyaaaa!!! Princess Heechul!!” teriak para siswi.
“Apaan tuh? Cuma segitu? Cintaku hanya untuk Donghae hyung.” Wookie menetapkan hatinya.
Eunhyuk naik darah. “Apaaaa!!!? Sudah kubilang Donghae milikku!”
“Hey, kalian tidak tahu ya? Belakangan ini sepertinya Donghae sedang memikirkan sesuatu, oh bukan, tepatnya lagi memikirkan seseorang! Lihat saja, kalian bertengakar dia malah sibuk menatap lokernya dari tadi. Bukannya aneh? Seperti dia jatuh cinta pada seseorang! Gyaaaa!!” Heechul mengompori Eunhyuk dan Wookie yang sejak tadi berperang.
“Apa?!” serentak Wookie dan Eunhyuk menatap kea rah Donghae.
“Aku yang akan di lawan, atau kau yang di lawan? Maksudnya? Argh!” Donghae berbicara sendiri sambil menatap loker yang berada di sebelahnya, loker Jae Rim.
“Donghaaaee!!! Kau jangan berpaling!” Eunhyuk menghampiri Donghae dan memeluknya, namun langsung di halangi Wookie.
“Argh! Ribet deh kalian!” Donghae mulai emosi.
Heechul menghampiri Donghae, “Jika kau yakin padanya, tak ada salahnya kau cari tahu apa yang membuat kata-kata itu bergeming di kepalamu. Hahahaha.. Ladies, let’s go!” Heechul pergi begitu saja setelah membuat masalah dengan Wookie dan Eunhyuk, dan sekarang Donghae.
“Aku yang akan di lawan atau kau yang akan dilawan? Maksudnya apaa!!” kata-kata itu terus menempel dalam pikiran Donghae.

****
Donghae berlari menuju kelas Jae Rim. Lalu ia menemukan sosok gadis berambut pendek dan bertatapan dingin tengah duduk di bangkunya. Donghae menghampiri gadis itu. Gadis itulah yang ia cari.
“Jae Rim! Maksudnya apa itu?” teriak Donghae mengagetkan seisi ruang kelas.
Jae Rim terkejut dengan kehadiran Donghae yang tiba-tiba datang mencarinya, matanya terbelalak.
“Apa maksudnya itu?” tanya Donghae memaksa.
Jae Rim tampak bingung. “Yang mana?” ia masih terduduk di bangkunya.
“Yang tadi pagi!”
Jae Rim diam sejenak, ia mulai ingat tadi pagi ia berkata hal yang membingungkan pada bocah itu. Jae Rim masih diam seperti berpikir, dan memang ia sedang berpikir.
“Ingat? Jae Rim, oy!” Donghae masih memaksa dengan rengekannya yang seperti anak kecil.
“Hiiih! Tenang sedikit kenapa!? Mending pulang sana!” Jae Rim beranjak dari bangkunya dan menyeret Donghae keluar, namun Donghae meronta.
Seisi kelas yang menyaksikan hal itu hanya dapat berkata “Woooow…”
“Nanti aku bilang! Kau mau dilempar kakakku?”
“Mana?” tantang Donghae.
Jae rim melipat kedua tangannya di depan dada, “Sebentar lagi Siwon datang kemari, aku bisa merasakannya. Lebih baik kau pulang sana ke kelas!”
Tak lama dari itu, kelas kembali heboh dengan kehadiran Siwon. Jae Rim mengusap mukanya tanda ia kepasrahannya, “Tamatlah riwayatku..”
Huwow! Telepati yang mengerikan! Keren.. Donghae terkagum dengan ramalan yang baru dikatakan Jae Rim.
Siwon mendekati Donghae, “Hey, sedang apa kau di sini? Tidak puas kah dengan lemparan yang kemarin?”
Oh tuhan, tolonglah aku! Hey bodoh, lari! Jae Rim berteriak dalam hati, berharap teriakannya itu di dengar Donghae.
Donghae masih terpana melihat kedatangan Siwon yang tiba-tiba. “Hmm.. Aku kemari untuk mengunjungi salah satu fans-ku!” Donghae mendekati seorang gadis yang sedari tadi meneriakkan namanya, Lee Donghae. “Hey, kamu ikut ‘Donghae keren fans club’ kan? Nanti sore kumpul yah..” Donghae tersenyum dan mulai sok imut. Ia tahu tak ada perkumpulan yang akan berlangsung sore nanti.
Acting yang mengerikan! Ya tuhah, untung kau menciptakan makhluk se-PD dia! Jae Rim terus memanjatkan rasa syukurnya.
“Lee Donghae, kau lolos kali ini.” Gumam Siwon pelan. Kemudian ia pergi bersama rombongan karatenya.
Donghae mendekati Jae Rim, “Lihat, aku bisa mengatasinya kan? Oh ya, pembicaraan kita belum selesai. Aku pergi dulu, sampai jumpa!” Donghae tersenyum dan pergi.
Jae Rim mematung melihat tingkah Donghae. Apa yang baru dia perbuat? Dasar bocah ikan!
Donghae pergi berlari menjauh dari kelas Jae Rim kea rah lapangan bola, lalu tanpa sengaja ia berpapasan dengan Eunhyuk.
“Eunhyuk…” Donghae kemudian diseret oleh Eunhyuk dan duduk di bangku penonton depan lapangan bola.
“Heh bocah, kau habis darimana? Daritadi aku mencarimu tahu!” tanya Eunhyuk sembari membuka minuman kaleng yang baru saja dibelinya.
Donghae menarik napas, “Haaah.. darimana saja yang aku mau! Kenapa?” Donghae menatap Eunhyuk.
“Ketemu Jae Rim? Sudah kuduga. Kau naksir padanya, iya kan? Mengakulah.”
Donghae terkejut, matanya berbinar. “Naksir? Yang benar saja! Setiap aku berpapasan lalu menyapanya aku tak pernah dianggap olehnya. Setiap bertemu pasti buang muka! Dia semakin aneh setiap ketemu denganku!” Donghae berceloteh.
“Hey, kalau tidak, kenapa kau belakangan ini terus memperhatikannya? Oh ya, kau bilang Jae Rim aneh setiap bertemu denganmu?”
Donghae mengangguk. “Ya, kau tahu apa yang terjadi?”
Eunhyuk berpikir sejenak, lalu ia sontak berdiri seperti orang terkejut. “Aku tahu! Pasti itu..”
Donghae ikut berdiri, “Itu apa?” rasa penasarannya semakin memuncak.
Eunhyuk kembali duduk. Lalu mulai bercerita, “Kau tahu, beberapa hari yang lalu sebelum kejadian Siwon vs Jae Rim terjadi, aku melihat Jae Rim dicegat oleh gank-nya Yoon Min Hye. Dia membawa Jae Rim ketempat sepi, lalu berbicara. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak tahu..”
Donghae mengerutkan keningnya, “Kau bilang Yoon Min Hye? Siapa dia?”
Giliran Eunhyuk yang mengerutkan keningnya, “Kau tidak tahu?! Oh God, dia adalah perempuan yang selama ini terus mengejarmu, Hae! Kau selalu menganggap dia adalah bagian dari ‘fans pecinta Donghae keren’, tapi sebenarnya bukan! Dia benar-benar cinta mati denganmu, Hae! Kau tahu orang yang selalu membawa bekal makan siang untukmu? Dia orangnya! Sudah ingatkah?”
Donghae terdiam, lalu kembali menunjukkan ekpresi datarnya. “Oh..”
“Bukan ‘oh’ tapi apa!? Mungkin dia tahu kau menaruh hati pada Jae Rim, lalu dia mengancam Jae Rim. Karena itu Jae Rim bilang, ‘jika tidak aku yang akan dialawan, atau kau yang akan dilawan’, mungkin ini maksudnya…”
“Lalu… Apa yang harus kulakukan, Nyuuk??” Donghae mendorong-dorong lengan Eunhyuk.
Tiba-tiba Heechul datang dengan sosok Princess-nya. “Wah, ternyata benar! Hae, terus maju maka kau akan menang, atau mundur maka kau akan kehilangan. Ingatlah itu, Lee Donghae! Hahaha… kau sudah jatuh kedalamnya! Maka kau harus selamatkan diri atau tidak kau akan tetap jatuh dan tak bisa bangkit! Hahahaha…” Heechul terus tertawa setan. Kemudian pergi begitu saja.
Euhyuk merasa terusik dengan kehadiran Heechul yang tiba-tiba muncul seperti hantu, “Heechul! Pergi kau yang jauh! Ganggu saja! Pergi sana! Huu~” usir Eunhyuk.
Donghae terdiam, “Maksudnya apa? Eunhyuk! Ini apa lagi artinya!?”
“Itu benar! Kau sudah jatuh dalam lingkaran cinta antara Jae Rim dan Min Hye! Ya, kau harus pilih! Dan aku rasa kau tahu jawabannya. Hae, aku rela dimadu dengan Jae Rim, tapi aku tak rela jika dimadu dengan Min Hye. Asal kau tahu saja, Min Hye itu jahat! Aku rela dijadikan kedua oleh kau, Hae! Asal kau bersama Jae Rim!” Eunhyuk histeris sendiri. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas ia histeris.
Donghae bangkit dari bangkunya, “Kau benar Hae. Aku rasa, aku..” Donghae menutupi wajahnya. Ia merasa malu.
“Tidaaaaakk!!! Aku akan menjadi yang kedua!? Tidaaaak!!” Eunhyuk semakin histeris dan terjatuh ke tanah. “Tidak, tidaaaaaakk!!!”
“Aku harus bilang! Ya, sebelum semuanya menjadi rumit! Dadah Eunhyuk!” donghae pergi begitu saja meninggalkan Eunhyuk yang sedang histeris.
“Dong..hae.. Jangan per..gi.. hua!! Huhu..”
Heechul muncul kembali kehadapan Eunhyuk, “Sudahlah, biarkan saja. Mending kau jadi pengikutku saja. Ikut gabung dalam ‘Princess Heechul Lovers’, mau? Hahaha..” Heechul tertawa puas, namun tawanya terhenti ketika Eunhyuk meninju pipinya dan pergi.
“Awas kau Eunhyuuuuk kunyuuuukk!!!”

Donghae berlari mencari Jae Rim. Ia berlari menuju ruang karate, namun ia tidak menemukan gadis berambut pendek itu. Kemudian ia berlari kembali menuju kelasnya, namun kembali ia harus kecewa karena tidak menemukannya. Kemudian ia terbesit pada suatu tempat dimana ia bisa menemukan gadis rambut pendek itu. Atap sekolah.
Donghae kamebali berlari menuju atap sekolah, berharap Jae Rim berada di sana. Ia membuka pintu atap, lalu masuk dan matanya mencari mulai mencari.
Mata Donghae terbelalak, ia kegirangan seperti mendapatkan berlian seharga sepuluh milyar. “Jae Rim!” Donghae menghampiri gadis yang sedang duduk dan kepalanya menghadap ke langit. “Hey!”
Jae Rim tersentak, ia menengok ke belakang dan ia dapati Donghae tengah mendekatinya. “Mau ngapain lagi sih?” gumam Jae Rim lalu bangkit dari sandarannya.
Donghae menghampiri Jae Rim, “Jae Rim, aku.. aku suka padamu!” wajah Donghae memerah.
“Hah?!” Jae Rim bengong. Terlalu rumit untuk menjelaskan isi kepala Jae Rim saat ini, ia terlalu terkejut. Sungguh konyol.
“Choi Jae Rim, maukah kau..menjadi kekasihku?” Donghae menatap Jae Rim dalam-dalam.
Buk! Jae Rim memukul Donghae, “Jangan bercanda deh! Pergi sana!” Jae Rim terlalu shock mendengar kata-kata gombal yang baru saja dikatakan Donghae.
“Kau boleh pukul aku sesuka hatimu, tapi ini.. Argh! Hey bodoh, aku suka padamu! Kau mau tidak bersamaku!” Donghae terlalu gugup, tapi ia mencoba untuk meyakinkan Jae Rim bahwa ini bukan main-main.
Jae Rim semakin bingung. ia mengerutkan keningnya, “Hey bodoh! Kau belum puas dihajar kakakku ya?” Jae Rim berkacak pinggang, ia terlalu heran dan bingung.
“Terserah mau puas apa tidaknya tergantung Siwon, yang jelas aku suka padamu bodoh! Jae Rim bodoh, si gadis jutek nan bodoh! Bodoh bodoh bodoooh!!” Donghae mengeluarkan sifat kanak-kanaknya.
“Donghae bodooooh!!!!” Jae Rim berlari meninggalkan Donghae, ia berlari menuju tangga.
Donghae bodoh! Mana bisa aku langsung bilang ‘ya’, Donghae bodoh! Jae Rim terus melontarkan kata-kata itu di dalam hati.
Donghae mengejar Jae Rim, kemudian ia menarik tangan Jae Rim. Suasana tangga saat itu sepi dan sunyi, lalu terdengar suara teriakannya Jae Rim yang mengatakan bahwa Donghae bodoh.
Jae Rim meronta, “Bodoh, kau bodoh!” Genggaman Donghae terlalu kuat, lalu Jae Rim berhenti meronta. “Bodoh…”
Donghae memeluk Jae Rim, tangannya yang besar mampu membuat Jae Rim tenggelam dalam pelukannya. “Jangan lari, aku tak akan menyakitimu..” Donghae berbisik.
Gadis itu diam, ia tak meronta dan berteriak. Ia biarkan laki-laki itu memeluk dirinya. Entah kenapa ia merasa hangat dalam pelukannya, ia merasa nyaman. Ia sadar, ternyata ia menyukainya.
Donghae melepaskan pelukannya dan mendorong Jae Rim, begitu juga dengan Jae Rim yang langsung lari meninggalkan Donghae. Mereka melakukan itu karena tiba-tiba suasana tangga mulai ramai dengan suara-suara siswa.
Apa yang aku lakukan? Donghae tersadar dirinya telah berbuat kasar. Kemudian ia mengejar Jae Rim. Ia berlari sekencang mungkin untuk mengejar gadis itu.
Jae Rim berlari kencang menuju lapangan bola, berharap ia bisa menyendiri. Ia terus berlari. Apa yang baru aku lakukan? Donghae bodoh! kau buat malu aku di sekolah! Donghae bodooooh!! Jae Rim terus berteriak dalam hati dan kakinya terus berlari.
Kakinya terhenti ketika ia melihat sekumpulan gank telah menantinya, Min Hye.
Jae Rim menarik napasnya yang terengah-engah. Ia masih sulit bernapas karena terlalu lelah ia berlari.
“Kau lelah, Choi Jae Rim?” tanya Min Hye dengan senyum ketusnya. Kemudian ia mendekati Jae Rim yang tengah berdiri kelelahan. “Kau haus? Hyo Rin, ambilkan air..”
Hyo Rin memberikan satu ember air pada Min Hye, “Kau haus kan, Choi Jae Rim? Kau puas kan?” tanya Min Hye ketus. Jae Rim hanya terdiam.
“Jawab aku, bodoh!” Min Hye menyiram Jae Rim dengan air tadi. “Kau puas sekarang? Kau puas?!”
Teman-teman Min Hye menertawakan Jae Rim. Min Hye seperti orang kurang waras dan histeris. Ia menangis dengan tawanya yang sumbang.
“Min Hye!” seseorang berteriak memanggil nama Min Hye dengan kasar. Semua teman Min Hye terbelalak ketika melihat ke arah suara itu berasal, termasuk Min Hye.
“Dong..hae…” kata Min Hye datar.
Donghae menghampiri Jae Rim. “Apa yang kalian telah perbuat hah?!” nada bicara Donghae menjadi tinggi. “Jae Rim, kau tak apa?” Donghae merangkul Jae Rim.
Jae Rim terdiam, ia merasa dingin. Tubuhnya menggigil kedinginan. Ia merasa sangat dingin, dingin sekali. Tatapan matanya kosong. Ia merasa terkejut Donghae telah menemukannya.
“Ini bukan yang kau kira oppa…” Min Hye mencoba menjelaskan sambil menangis.
Donghae memapah Jae Rim, “Terserah kau, jika kau tak mengaku. Memangnya aku peduli..” Donghae pun pergi meninggalkan Min Hye dan kawan-kawan.
Min Hye semakin histeris, “Oppa! Kau tak tahu yang sebenarnya! Aku mencintaimu, oppa!! Oppaaaa!!” teriak Min Hye sambil menangis. Menangis dan histeris.
Donghae pergi menjauhi Min Hye, pergi dengan memapah Jae Rim yang basah kuyup. Pergi untuk tidak kembali pada masa lalu.
“Brr.. dingin! Kau tak kembali? Min Hye menangis…” tanya Jae Rim sembari dipapah Donghae. Ia tak tahu akan dibawa Donghae kemana.
“Bukan dia yang harus ditolong, tapi kau bodoh.” jawab Donghae datar.
“Berisik! Hey, kita mau ke mana ini?” Jae Rim menghentikan langkahnya dan menatap Donghae.
Donghae ikut berhenti berjalan, ia tampak bingung. “Iya yah, kita mau ke mana?”
“Aku kira kau tahu! Dasar bodoh! Donghae bodoh!” Jae Rim mulai berceramah.
“Berisikk!! Ini juga kan salahmu, kenapa tadi lari!? Kau bawa baju ganti tidak?” seru Donghae.
Jae Rim menggeleng, tanda ia tidak membawa baju ganti.
Donghae menatap Jae Rim dari atas sampai bawah. “Terpaksa kau pakai baju olah ragaku.” Donghae membawa lari Jae Rim.
Tidaaaaaaaakk!!! Aku tak mau!!! Jae Rim berteriak sekeras mungkin dalam hati.

Donghae dan Jae Rim duduk di bangku halte untuk menunggu bis. Diam-diam Donghae melingkarkan tangannya pada leher Jae Rim. Ternyata benar, laki-laki itu telah jatuh hati pada gadis karate berambut pendek itu.
“Kau pantas juga ya pakai baju olah raga-ku. Hahaha..” kata Donghae dengan tatapan genit mencoba menggoda.
Jae Rim melempar Donghae, “Berisik!!”
Sore hari itu merupakan hari paling bersejarah dalam hidup Donghae. Tak luput ia berterima kasih pada buku diary kecilnya. Karena berkat ulah buku diary-nyalah ia dapat bertemu dengan Jae Rim, si gadis karate berambut pendek, yang pernah memergokinya tengah menulis diary di atap sekolah.

Dear diary.. hari ini kau bahagia! Terima kasih tuhan, kau buat hari ini begitu kacau namun indah. Aku suka padanya, gadis karate berambut pendek. Gadis yang pernah tersingkap rok-nya ketika di dalam bis, gadis yang selalu membuatku penasaran, gadis yang pernah membuat wajahku yang tampan ini tergores oleh tangan mungilnya, gadis yang pernah membuat aku bingung setengah mati karena kata-katanya, gadis yang telah membuatku jatuh cinta, Choi Jae Rim.

Lee Donghae keren

--the end--

0 komentar:

Posting Komentar