dear diary~ (special episode)


---this is only my fan-fict--- ^^

hohoho...
ini lanjutan FF yang kmaren saya post...
silahkan membaca... ^____^

when she met him..

Dua bulan telah berlalu sejak Donghae mengungkapkan perasaannya pada Jae Rim. Sejak saat itu orang yang bernama Siwon, kakak Jae Rim, masih terus menjahili pasangan tersebut.
Teh hangat itu masih digenggam Donghae erat-erat. Ia takut teh hangat itu menjadi dingin, ia berdiri di depan pintu ruang karate. Musim dingin sebentar lagi tiba, itu membuat semua orang mudah terserang penyakit flu, termasuk Jae Rim.
Donghae melambaikan tangannya ke arah Jae Rim, “Hoy!”
Jae Rim melirik, seperti biasa tatapan mata Jae Rim selalu membuat orang disekitarnya takut, kecuali Dongahae dan kakaknya.
“Jangan hanya melirik, sana, hampiri dia!” seru Siwon mengagetkan Jae Rim.
Gadis itu tercengang, tumben sekali seorang Siwon bicara begitu.
“Jae Rim! Siniii!!” teriak Donghae sekali lagi.
Jae Rim diam di tempat, matanya melirik Donghae kembali. “Tunggu sebentar aku akan…” bibirnya berhenti bicara ketika tiba-tiba seorang gadis menghampiri Donghae dan memeluknya. “Oh dear…” gumam Jae Rim.
Gadis itu datang tiba-tiba memeluk Donghae, “Oppaaaa!! Annyeong, oppa?!” ia mengedipkan sebelah matanya. Tangannya masih melingkar di pundak Donghae.
Donghae tercengang, ia masih belum bisa berpikir mengapa gadis itu tiba-tiba datang dan memluknya. “Hiiiihh!! Siapa kau?” Donghae diam sejenak. Matanya terbelalak, “Jin Hye?”
Jae Rim yang merasa panas langsung menghampiri Donghae, “Donghaaaaee!!”
“Oh god! Siapa dia, oppa??” tanya gadis itu. Tangannya masih melingkar di pundak Donghae.
Donghae melepaskan tangan gadis. “Jae Rim!” matanya semakin terkejut.
“siapa dia?” tanya Jae Rim. Matanya yang bulat menatap gadis itu heran.
“kenalkan, dia Kim Jin Hye. Temanku di Mokpo.. ” Jawab Donghae sembari melepaskan tangan gadis itu dari pundaknya.
“oppa, dia teman oppa?”tanya gadis itu sembari menggenggam tangan Donghae. Gadis itu bertubuh tinggi layaknya seorang model, rambutnya hitam dan pajang, dan matanya sipit dan cantik.
“temanmu? Oh..” kata Jae Rim heran sekaligus bingung.
Siwon menghampiri Jae Rim dengan tergesa-gesa. “ada apa?” kemudian matanya melirik pada Donghae yang ada dihadapannya. “astaga..”
Donghae menghampiri Jae Rim, “ini bukan apa-apa. Kenalkan, dia Jin Hye. Dia teman kecilku ketika di Mokpo. Jin Hye, ini Jae Rim. Dia adalah…” perkataannya terpotong oleh Jae Rim.
Dengan segera Jae Rim menambahkan ucapan Donghae, “aku temannya! Ya, teman..”
Siwon dan Donghae menatap heran Jae Rim, kemudian Jae Rim balas tatapan mata mereka yang mengisyaratkan ‘tidak apa-apa’. “tak ada yang perku dikhawatirkan..” Jae Rim menambahkan.
“baiklah. Donghae, aku tak mau adikku kenapa-kenapa. Jika terjadi sesuau padanya, akan kujadikan daging giling kau, Hae!” Siwon menatap Donghae dan kemudian pergi.
“jangan dengarkan dia!” kata Jae Rim sembari berkacak pinggang.
“araso.. oh ya, Jin Hye, kenapa kau tiba-tiba datang ke Seoul? Lalu kenapa kau bisa ada di sekolah ini? Dan ada apa dengan penampilanmu?” tanya Donghae panjang lebar kepada Jin Hye. Donghae berdiri di samping Jae Rim yang masih berdiri terpaku karena terkejut.
“Oh itu! Kau tahu, setelah kau pindah ke Seoul, aku sungguh kesepian di sana. Tapi ternyata Ayahku memutuskan untuk pindah rumah kemari, lalu tak sengaja aku dan ibuku bertemu ibumu. Lalu ibumu menunjukkan alamatnya, dan setelah di telusuri… ternyata kita bertetangga kembali! Itu artinya kau memang ditakdirkan untukku, oppa!!” jawab Jin Hye dengan girangnya. “lalu kau bertanya ada apa dengan penampilanku? Aku ingin mengikuti perkembangan saja..” Jin Hye kembali berceloteh.
Jin Hye menghampiri Donghae, “bagaimana oppa, kau suka penampilanku?” ia menggenggam tangan Donghae.
Donghae melepaskan genggaman tangan Jin Hye. Ia tahu bahwa yang dilakukan Jin Hye ini salah. “Jin Hye, lebih baik kau urusi saja kepindahanmu dulu..” kata Donghae mencoba menghindar dari Jin Hye.
Tiba-tiba Jin Hye memeluk Donghae erat. Ini membuat hati Jae Rim terasa panas dan semakin panas. Astaga, apa yang dilakukan gadis ini? Aigoo.. Jae Rim berteriak dalam hatinya.
“apa yang kau lakukan Jin Hye! Lepas.” Donghae melepaskan pelukan Jin Hye.
“oh ya, kau temannya oppa kan? Aku titip oppa-ku ya, aku akan kembali!” Jin Hye mengedipkan sebelah matanya kembali. “oppa, aku pergi sebentar! Aku akan kembali.. bye~” Jin Hye pergi.
“oh dear, apa yang baru saja ia lakukan??” gumam Jae Rim heran dan bingung.
Donghae menyipitkan matanya pada Jae Rim, “ada apa denganmu? Kenapa kau bilang kita hanya berteman? Oh god. Kau jangan berpikir yang macam-macam tentang aku dan dia. Jin Hye hanya…” kalimatnya terpotong oleh ucapan Jae Rim lagi-lagi.
“hanya teman masa kecil? Bukan, jelas-jelas dia sangat…” Jae Rim menghentikan ocehannya. Ia tahu, ia ternyata cemburu. “astaga…”
“sangat apa? Kau hanya cemburu, Jae Rim. Tenanglah, kau bisa percaya padaku.” Donghae mendekati Jae Rim. Kemudian mengelus kepala Jae Rim, ia tahu bahwa Jae Rim tak suka dipeluk.

*****

Pagi di akhir musim gugur memanglah dingin. Pertanda bahwa musim dingin akan segera tiba. Jae Rim menyesap teh pemberian Donghae pagi itu sembari duduk di taman sekolah. Tangan dan tubuhnya menggigil karena kedinginan, Donghae meraih sebelah tangan Jae Rim yang tidak sedang memegang gelas kertas teh. Jae Rim tersentak kaget, tapi entah mengapa itu membuatnya merasa nyaman.
“begini lebih hangat kan?” tanya Donghae dengan suaranya yang lembut.
Jae Rim hanya bisa terkekeh malu dan merasa konyol. “diam kau!” gadis itu tersenyum malu.
Kehangatan pagi itu tiba-tiba buyar dengan kedatangan Eunhyuk dan seorang gadis. Tunggu, gadis itu.. astaga. Gadis yang bersama Eunhyuk itu gadis yang kemarin, Kim Jin Hye.
Mata Jae Rim begitu terbelalak melihat kedatangan Jin Hye. “astaga..” Jae Rim diam sejenak, “hari ini kau tidak membawa buku diary-mu?”
“tidak, memangnya kenapa?”
“anniyo, kalau kau membawa buku diary, mukamu pasti sudah merah karean khawatir. Hahaha”
“tentu saja tidak! Aku akan khawatir bila disimpan di rumah, aku takut Nuna menemukan rahasia gelapku.” Canda Donghae membuyarkan tawa mereka berdua saat itu.
“Oppaaaa!!!” teriak Jin Hye dari kejauhan. Kemudian ia langsung memeluk Donghae. “Oppa, aku rindu padamu!!”
“Lepas!” Donghae menarik diri dan menjauhi Jin Hye. “Jae Rim, ayo kita pergi!” Donghae menarik tangan Jae Rim.
“Oppa, mau ke mana??” tanya Jin Hye begitu kecewa. Namun Donghae dan Jae Rim sudah terlalu jauh berjalan untuk menjawab pertanyaan Jin Hye.

*****

Kali ini aksi Jin Hye semakin menjadi-jadi. Ia semakin merecoki hubungan antara Donghae dan Jae Rim. Ini membuat Jae Rim merasa risih dan panas tentunya. Bagaimana tidak? Disetiap waktu luangnya saat bersama Donghae, gadis yang bernama Jin Hye itu selalu hadir diantara mereka.
Saat itu ketika Donghae dan Jae Rim sedanga berjalan menuju halte bis, tiba-tiba Jin Hye hadir dan langsung memeluk tangan Donghae menjauh dari Jae Rim.
“oppaaaa!!” teriak Jin Hye sembari berlari menuju Donghae.
Atau saat mereka berdua, Jae Rim dan Donghae, berda di kantin. Jae Rim mengeluarkan kotak makan siangnya, “tadi pagi aku membuat sandwich lebih, kau mau?” tawar Jae Rim kepada Donghae.
Donghae melongok ke arah tempat makan Jae Rim, “ada berapa? Beri aku satu..”
“tadinya ada banyak, hanya saja itu untuk Siwon. Lalu diambil Eunhyuk sunbae.. ini…” Jae Rim menyodorkan sandwich itu.
Donghae tercengang, “Eunhyuk sunbae?” mengerdip-ngerdipkan matanya. “kau bilang Eunhyuk dengan tambahan ‘sunbae’, lalu kenapa kau tak pernah memanggilku ‘oppa’?”
Jae Rim terus merapikan kotak makannya, “itu berbeda.. ayo makan!”
Sebelum Donghae berkomentar, tiba-tiba gadis yang bernama Jin Hye itu kembali hadir dihadapan mereka berdua. “waw, sandwich! Aku suka sandwich…” Jin Hye bergabung dengan mereka berdua.
“hey, Jin Hye… kau sudah sarapan?” tanya Jae Rim.
“kebetulan sekali, aku belum makan siang! Boleh aku cicipi? Ini makanan kantin kan?”
“bukan, ini Jae Rim yang buat! Tak ada jatah untukmu!” kata Donghae sembari membuka plastik sandwich.
“oppa, jahat..”
“kalau kau mau, makan saja punyaku. Silahkan..” Jae Rim menawarkan diri.
Dengan senang hati Jin Hye pun menerimanya. “wah, terima kasih. Kau teman oppa yang paling baik!”
Jae Rim hanya bisa meratapi sandwich buatannya. Lalu Donghae menawarkan diri, “kita bisa berpotongan, kalau kau mau?” Donghae menyodorkan separuh sandwichnya.
“tak apa-apa, kau makan saja. Kau pasti lapar.”
“kalau aku lapar, kau juga pasti lapar kan? Aku tak mau kau dimarahi Siwon gara-gara kau tidak makan. Ini..” Donghae kembali menyodorkan separuh sandwichnya kepada Jae Rim.
Jin Hye yang menyaksikan kejadian itu hanya cemberut sambil mengunyah sandwich pemberian Jae Rim yang sudah hampir habis ia makan. Mengapa mereka berdua begitu mesra? Jangan-jangan.. Jin Hye menghapus pikiran itu dari otaknya.
Hampir setiap detik Jin Hye selalu menganggu Donghae dengan kehadirannya. Kali ini ketika Donghae sedang duduk sendirian di taman, ia berharap Jae Rim yang datang. Namun.. lagi-lagi gadis yang bernama Jin Hye yang menghampirinya.
“Oppaaa!!! Annyeoong!!” Jin Hye berlari dan membentangkan tangannya mencoba meraih peluk dari Donghae.
Donghae tak bisa menghindar, alhasil ia terkena peluk Jin Hye. Jin Hye memeluk punggung Donghae dengan erat, dan ia membisikan sesuatu pada pria bertubuh tinggi itu. “jangan tingalkan aku lagi, oppa..” bisik Jin Hye.
Donghae melepaskan pelukannya Jin Hye, “mian. Sebenarnya kau salah kira selama ini..”
Jin Hye tetap memeluk Donghae, “maksudmu, kau dan Jae Rim kan? Aku tahu status kau dan Jae Rim apa. Tapi aku tak bisa kehilanganmu lagi. Tak bisa.. Oppa, kau tahu betapa aku mencintaimu? Oppa, saranghaeyo…” gadis itu tetap memeluk Donghae erat. Air matanya mulai berjatuhan.
“kau menangis? Mian, tapi kau tak bisa mengikutiku terus. Aku tak ingin kau terluka, mian..” Donghae melepaskan pelukan Jin Hye. Saat itu juga Jae Rim melihat kejadian mereka berdua. Mata Donghae terbelalak terkejut melihat Jae Rim ada di belakang dirinya.
“Jae Rim…” gumam Donghae.
Jae Rim berlari meninggalkan mereka berdua. Hatinya panas. Ia tahu ini akhir musim gugur yang dingin, namun entah kenapa semua yang ia rasakan terasa panas dan sesak. Ia terus berlari. Donghae menyusul di belakangnya, mengejarnya. Lalu disusul dengan Jin Hye yang mengejar Donghae. Terlihat lucu sekilas, tapi sangat sesak.
“Jae Rim, tunggu!” Donghae meraih tangan Jae Rim. Lalu menatapnya dalam-dalam.
“apa? Aku tahu ini salah tapi.. kenapa aku konyol sekali, babo..” Jae Rim memukul-mukul kepalanya dan membelakangi Donghae.
“tenaglah, Jae Rim.. Tenang..” Donghae mencoba menenangkan Jae Rim.
Tiba-tiba Jin Hye hadir kembali, “oppa! Kau tahu… aku.. aku benci padamu!” Jin Hye pergi meninggalkan Jae Rim dan Donghae.
Jae Rim masih membelakangi Donghae, Donghae terus berbicara mencoba meyakinkan Jae Rim. “tuh , lihat.. kau hanya salah paham.. mungkin ini terdengar seperti gombalan belaka, tapi ini jujur dari diriku. Jae Rim, kau satu-satunya gadis yang sudah mendapatkan hatiku. Kau tahu, mengapa aku tetap berdiri di sini? Ini karena aku menyukaimu, menyayangimu, dan selalu merindukanmu…” Donghae memeluk Jae Rim dari belakang. Sontak membuat Jae Rim kaget dan bingung.
Apa yang harus aku lakukan? Jae Rim terus bertanya dalam hatinya.
“tetaplah begini, sebentar saja..” Donghae masih memeluk Jae Rim. Gadis itu tak bisa bergerak karena pelukan Donghae begitu erat. “aku mohon, sebentar saja…” Donghae kembali membisikan kata-kata itu pada Jae Rim.
Jae Rim melepaskan pelukan Donghae, dan berbalik arah menghadap pria itu. “kau tahu, kau selalu bilang padaku bahwa kau menyukaiku, dan mencintaiku. Tapi kau tak tahu aku memiliki perasaan yang sama..” Jae Rim menarik napas panjang. “ijinkan kali ini untuk aku berkata sesuatu padamu…”
Donghae menatap Jae Rim dalam-dalam. “apa yang ingin kau katakan? Jangan membuat aku seperti orang bodoh..”
“saranghaeyo, oppa~” singkat Jae Rim membisikan kata-kata itu.
Kata-kata itu memang singkat, namun sangat jelas dan bermakna dalam benak Donghae. Donghae loncat kegirangan begitu mendengar kalimat singkat itu.
“jadi, kau mencintaiku? Katakana itu sekali lagi!” tanya Donghae sembari memandang Jae Rim.
“kau membuatku seperti orang bodoh hari ini, tidak!”
“saranghaeyo, Jae Rim!” Donghae memeluk Jae Rim tiba-tiba. Gadis itu tak meronta, tak berteriak dan tak menangis. Ia begitu bahagia dalam pelukan Donghae.

Mereka berdua bahagia, lalu bagaimana dengan nasib Jin Hye. Gadis itu memutuskan untuk mencari pengganti Donghae, namun tak ia temukan. lalu nasibnya? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu. Dan bagaimana nasib Wookie di cerita sebelumnya? Ia memutuskan untuk menyusul Yesung menuju negeri Arab. Benar-benar setia.

---tamat---

0 komentar:

Posting Komentar